Petikan dari Berita Online Indonesia.
TEMPO Interaktif, Jakarta - Ezzam M. Noor seorang loyalis. Politikus Malaysia itu rela masuk penjara demi mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim. Dia juga rela lari ke Indonesia meninggalkan keluarganya untuk melakukan gerilya politik membantu Anwar Ibrahim.
"Ketika pelarian saya bebas, tapi hati saya terpenjara karena tak bisa pulang," kata Ezzam dalam wawancara dengan Yosep Suprayogi, Andree Priyanto, dan Poernomo G. Ridho dari Tempo, Kamis, 5 Mei 2011 di sebuah hotel di Jakarta.
Setelah satu tahun di Indonesia sekitar tahun 2000, Ezzam pun pulang kampung. Tak lama setelah berada di Malaysia, dia ditangkap dan dipenjara selama dua tahun. Sementara itu, bekas bosnya, Anwar, juga mendekam di penjara karena kasus sodomi. "Ketika itu saya yakin dia tak melakukan itu," kata pria kelahiran Klang, Selangor, 24 April 1967 ini.
Selama Anwar dipenjara, Ezzam mendekati keluarga Anwar. "Saya merasa harus melindungi keluarganya," ujarnya. Sebelumnya, ketika menjabat sebagai Sekretaris Politik Anwar, dia bekerja layaknya atasan dan bawahan. Tak ada hubungan kekeluargaan. Namun, semua itu berubah ketika Anwar dicopot dari jabatan Wakil Perdana Menteri dan dipenjara.
Ezzam dekat dengan istri Anwar, Wan Azizah, juga dengan anak-anaknya. "Bahkan ibu saya juga dekat, Kak Wan--istri Anwar--memanggil ibu saya bunda," katanya. Ketika Anwar keluar penjara tahun 2004, dia juga semakin dekat dengan keluarganya semakin melihat sisi lain dari Anwar. Dia juga terkejut ketika tahu betapa istri Anwar sangat cemburu bila melihat suaminya dekat dengan seorang laki-laki.
"Ini jadi titik turning point, mata saya terbuka," katanya. Diam-diam, Ezzam mulai curiga, jangan-jangan tuduhan terhadap Anwar soal sodomi itu benar. Dia lalu mencoba membuka kasus-kasus sodomi, mulai dari mempelajari kasus tersebut. "Sebelumnya, saya sama sekali tak percaya," katanya. Tapi, semakin dia pelajari, dia semakin yakin ada sesuatu. Dan akhirnya teka-teki itu pun terkuak. Ezzam pun yakin bahwa Anwar sebenarnya melakukan sodomi.
Setelah tujuh hari berpikir dan tak bisa tidur, Ezzam pun mengambil keputusan. Pada 2006, dia berhenti dari jabatannya sebagai Ketua Pemuda Partai Keadilan Rakyat, partai yang dia bangun bersama Anwar Ibrahim. "Ketika itu saya kapok berpolitik," ujarnya. Ezzam lalu memilih membuat LSM Gerakan Demokrasi dan Antikorupsi. Ketika Malaysia mengadakan pemilu tahun 2008, dia memilih mengajar di Inggris.
Dua tahun tak berpolitik, Ezzam lalu memutuskan kembali ke politik. Dia menyeberang ke UMNO, partai berkuasa di Malaysia, partai yang dahulu menjadi lawannya. Dan Ezzam kini menjadi senator. Beberapa media Malaysia mencapnya sebagai pengkhianat. "Saya melakukan ini untuk memberi tahu publik siapa Anwar sebenarnya, bila tidak mati pun saya tidak tenang," kata Ezzam.
Berikut ini adalah hasil wawancara Tempo dengan Ezzam M. Noor.
Tempo (T): Jadi, tuduhan terhadap Anwar Ibrahim soal sodomi itu benar?
Ezzam (E): Ya benar.
T: Bagaimana Anda yakin itu bukan rekayasa?
E: Pertama saya merasa ketika istrinya, Wan Azizah, terlalu cemburu bila Anwar dekat dengan laki-laki. Ini menjadi turning point, dan saya membuka, mempelajari kasusnya, dan setelah itu saya yakin dia berbuat hal itu.
T: Mengapa Anda baru tahu belakangan?
E: Karena selama ini saya mengenal satu sisi dari Anwar, dia pemimpin yang hebat dan itu membutakan saya.
T: Anda sekretaris politiknya ketika dia menjabat Wakil Perdana Menteri, kok bisa tidak tahu?
E: Ya saya profesional, saya ketika itu hanya staf, tidak mengenal pribadi atau keluarganya lebih dekat. Tapi, begitu mengenal dekat, saya menjadi melihat sisi Anwar yang lain. Dia juga cukup pandai menutupi kasus itu dan hanya melakukannya dengan orang-orang dekatnya saja.
T: Lantas mengapa hakim federal membebaskan Anwar?
E: Kalau saya baca lagi putusannya, dari tiga hakim, dua membebaskan, satu tidak. Tapi, ketiganya sepakat bahwa telah terjadi sodomi, masalahnya dasarnya suka sama suka, jadi tidak bisa dijerat. Tapi, sodomi itu terjadi.
T: Bagaimana dengan dua kasus baru yang muncul, ada soal sodomi dan skandal video seks perempuan?
E: Sodomi itu kembali terungkap setelah ada pengakuan dari seseorang yang bernama Saiful, dan kemungkinan kali ini dia terjerat karena polisi mengantongi bukti sperma Anwar. Soal video seks juga jelas, bagi yang menonton dan mengenal baik, pasti yakin itu Anwar, terlihat dari gestur tubuhnya.
T: Jadi, Anwar itu suka laki-laki atau perempuan?
E: Dua-duanya, nafsu dia besar sekali.
T: Anda pernah digoda?
E: Pernah, tapi dulu saya tak pernah sangka itu godaan. Dia bilang, kamu punya girlfriend? Kata Kak Wan--istri Anwar--kamu handsome, tapi saya dulu tidak menduga itu ternyata godaan.
T: Istri dan anak Anwar tahu soal ini?
E: Saya kira tahu, tapi anaknya yang kecil tidak.
T: Sudah lama ya Anwar seperti itu?
E: Ya, tapi saya tidak tahu sejak kapan.
T: Jadi, Partai Keadilan Rakyat yang didirikan Anwar turun gara-gara kasus tersebut?
E: Ada dua hal, pertama kasus sodomi dan kedua soal politik. Dia terlalu berambisi jadi perdana menteri dan fokus ke sana. Sebanyak 90 persen pendiri partai keluar, berarti ini ada sesuatu yang salah.
T: Anwar masih berambisi jadi perdana menteri?
E: Sangat. Dia hanya mengejar itu, maka kredibilitas dia turun, teman-teman banyak yang kecewa. Popularitas dia di Malaysia juga terus turun.
T: Kira-kira kejatuhan Anwar berapa lama lagi?
E: Saya tidak tahu, ini beginning of the end. Tapi, dia orang yang sangat eager.
T: Katanya Anda kapok politik, kok mau terjun lagi?
E: Ya itu tadi, bila mati pun saya tidak tenang, saya harus kasih tahu siapa Anwar sebenarnya. Bila dia benar-benar jadi PM, ini bahaya buat negara. Karena faktor pribadinya, dia bisa berbuat hal-hal yang aneh dengan kuasanya dan saya tidak ingin ini terjadi.
T: Anak Anda ada yang mengikuti jejak atau ingin terjun ke politik?
E: Saya larang. Cukup saya saja. Baru-baru ini ada survei di Malaysia yang menunjukkan pekerjaan politikus itu the lowest moral profession, pekerjaan yang paling rendah moralnya.
Sent by Maxis from my BlackBerry® smartphone
TEMPO Interaktif, Jakarta - Ezzam M. Noor seorang loyalis. Politikus Malaysia itu rela masuk penjara demi mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim. Dia juga rela lari ke Indonesia meninggalkan keluarganya untuk melakukan gerilya politik membantu Anwar Ibrahim.
"Ketika pelarian saya bebas, tapi hati saya terpenjara karena tak bisa pulang," kata Ezzam dalam wawancara dengan Yosep Suprayogi, Andree Priyanto, dan Poernomo G. Ridho dari Tempo, Kamis, 5 Mei 2011 di sebuah hotel di Jakarta.
Setelah satu tahun di Indonesia sekitar tahun 2000, Ezzam pun pulang kampung. Tak lama setelah berada di Malaysia, dia ditangkap dan dipenjara selama dua tahun. Sementara itu, bekas bosnya, Anwar, juga mendekam di penjara karena kasus sodomi. "Ketika itu saya yakin dia tak melakukan itu," kata pria kelahiran Klang, Selangor, 24 April 1967 ini.
Selama Anwar dipenjara, Ezzam mendekati keluarga Anwar. "Saya merasa harus melindungi keluarganya," ujarnya. Sebelumnya, ketika menjabat sebagai Sekretaris Politik Anwar, dia bekerja layaknya atasan dan bawahan. Tak ada hubungan kekeluargaan. Namun, semua itu berubah ketika Anwar dicopot dari jabatan Wakil Perdana Menteri dan dipenjara.
Ezzam dekat dengan istri Anwar, Wan Azizah, juga dengan anak-anaknya. "Bahkan ibu saya juga dekat, Kak Wan--istri Anwar--memanggil ibu saya bunda," katanya. Ketika Anwar keluar penjara tahun 2004, dia juga semakin dekat dengan keluarganya semakin melihat sisi lain dari Anwar. Dia juga terkejut ketika tahu betapa istri Anwar sangat cemburu bila melihat suaminya dekat dengan seorang laki-laki.
"Ini jadi titik turning point, mata saya terbuka," katanya. Diam-diam, Ezzam mulai curiga, jangan-jangan tuduhan terhadap Anwar soal sodomi itu benar. Dia lalu mencoba membuka kasus-kasus sodomi, mulai dari mempelajari kasus tersebut. "Sebelumnya, saya sama sekali tak percaya," katanya. Tapi, semakin dia pelajari, dia semakin yakin ada sesuatu. Dan akhirnya teka-teki itu pun terkuak. Ezzam pun yakin bahwa Anwar sebenarnya melakukan sodomi.
Setelah tujuh hari berpikir dan tak bisa tidur, Ezzam pun mengambil keputusan. Pada 2006, dia berhenti dari jabatannya sebagai Ketua Pemuda Partai Keadilan Rakyat, partai yang dia bangun bersama Anwar Ibrahim. "Ketika itu saya kapok berpolitik," ujarnya. Ezzam lalu memilih membuat LSM Gerakan Demokrasi dan Antikorupsi. Ketika Malaysia mengadakan pemilu tahun 2008, dia memilih mengajar di Inggris.
Dua tahun tak berpolitik, Ezzam lalu memutuskan kembali ke politik. Dia menyeberang ke UMNO, partai berkuasa di Malaysia, partai yang dahulu menjadi lawannya. Dan Ezzam kini menjadi senator. Beberapa media Malaysia mencapnya sebagai pengkhianat. "Saya melakukan ini untuk memberi tahu publik siapa Anwar sebenarnya, bila tidak mati pun saya tidak tenang," kata Ezzam.
Berikut ini adalah hasil wawancara Tempo dengan Ezzam M. Noor.
Tempo (T): Jadi, tuduhan terhadap Anwar Ibrahim soal sodomi itu benar?
Ezzam (E): Ya benar.
T: Bagaimana Anda yakin itu bukan rekayasa?
E: Pertama saya merasa ketika istrinya, Wan Azizah, terlalu cemburu bila Anwar dekat dengan laki-laki. Ini menjadi turning point, dan saya membuka, mempelajari kasusnya, dan setelah itu saya yakin dia berbuat hal itu.
T: Mengapa Anda baru tahu belakangan?
E: Karena selama ini saya mengenal satu sisi dari Anwar, dia pemimpin yang hebat dan itu membutakan saya.
T: Anda sekretaris politiknya ketika dia menjabat Wakil Perdana Menteri, kok bisa tidak tahu?
E: Ya saya profesional, saya ketika itu hanya staf, tidak mengenal pribadi atau keluarganya lebih dekat. Tapi, begitu mengenal dekat, saya menjadi melihat sisi Anwar yang lain. Dia juga cukup pandai menutupi kasus itu dan hanya melakukannya dengan orang-orang dekatnya saja.
T: Lantas mengapa hakim federal membebaskan Anwar?
E: Kalau saya baca lagi putusannya, dari tiga hakim, dua membebaskan, satu tidak. Tapi, ketiganya sepakat bahwa telah terjadi sodomi, masalahnya dasarnya suka sama suka, jadi tidak bisa dijerat. Tapi, sodomi itu terjadi.
T: Bagaimana dengan dua kasus baru yang muncul, ada soal sodomi dan skandal video seks perempuan?
E: Sodomi itu kembali terungkap setelah ada pengakuan dari seseorang yang bernama Saiful, dan kemungkinan kali ini dia terjerat karena polisi mengantongi bukti sperma Anwar. Soal video seks juga jelas, bagi yang menonton dan mengenal baik, pasti yakin itu Anwar, terlihat dari gestur tubuhnya.
T: Jadi, Anwar itu suka laki-laki atau perempuan?
E: Dua-duanya, nafsu dia besar sekali.
T: Anda pernah digoda?
E: Pernah, tapi dulu saya tak pernah sangka itu godaan. Dia bilang, kamu punya girlfriend? Kata Kak Wan--istri Anwar--kamu handsome, tapi saya dulu tidak menduga itu ternyata godaan.
T: Istri dan anak Anwar tahu soal ini?
E: Saya kira tahu, tapi anaknya yang kecil tidak.
T: Sudah lama ya Anwar seperti itu?
E: Ya, tapi saya tidak tahu sejak kapan.
T: Jadi, Partai Keadilan Rakyat yang didirikan Anwar turun gara-gara kasus tersebut?
E: Ada dua hal, pertama kasus sodomi dan kedua soal politik. Dia terlalu berambisi jadi perdana menteri dan fokus ke sana. Sebanyak 90 persen pendiri partai keluar, berarti ini ada sesuatu yang salah.
T: Anwar masih berambisi jadi perdana menteri?
E: Sangat. Dia hanya mengejar itu, maka kredibilitas dia turun, teman-teman banyak yang kecewa. Popularitas dia di Malaysia juga terus turun.
T: Kira-kira kejatuhan Anwar berapa lama lagi?
E: Saya tidak tahu, ini beginning of the end. Tapi, dia orang yang sangat eager.
T: Katanya Anda kapok politik, kok mau terjun lagi?
E: Ya itu tadi, bila mati pun saya tidak tenang, saya harus kasih tahu siapa Anwar sebenarnya. Bila dia benar-benar jadi PM, ini bahaya buat negara. Karena faktor pribadinya, dia bisa berbuat hal-hal yang aneh dengan kuasanya dan saya tidak ingin ini terjadi.
T: Anak Anda ada yang mengikuti jejak atau ingin terjun ke politik?
E: Saya larang. Cukup saya saja. Baru-baru ini ada survei di Malaysia yang menunjukkan pekerjaan politikus itu the lowest moral profession, pekerjaan yang paling rendah moralnya.
Sent by Maxis from my BlackBerry® smartphone
Post a Comment